Ragam jenis sponsored content semakin bertambah setiap harinya. Sebut saja brand-brand kini makin berlomba untuk bekerja sama dengan influencer, publisher dan kreator konten lainnya. Hampir setiap hari di internet kita bisa menemukan bentuk-bentuk konten baru yang dihadirkan lewat sponsored content dengan mudah lewat berbagai platform.
Kadang, sebagai marketers atau dari sisi brand seringkali kerap bingung untuk membuat sebuah konsep sponsored content yang unik dan menarik. Untuk itu, sebuah social experiment sebagai bentuk sponsored content bisa menjadi jawabannya.
Eksperimen seperti ini dapat dengan efektif bekerja karena efeknya yang kuat pada target pasar. Kemasan cerita yang powerful dan terasa nyata bisa menguatkan bentuk sponsored content ini. Terlebih lagi, brand juga bisa membuat posisi yang kuat di ingatan target pasar atau siapapun yang melihatnya.
Umumnya, konsep social experiment ini dibuat dengan format video, tentu dengan tujuan menyampaikan visual yang menarik dan juga mudah di-share. YouTube masih jadi salah satu platform terdepan saat kita bicara tentang video social experiment ini.
Baca Juga: Perbedaan Native Advertising dengan Sponsored Content
Beberapa kunci yang bisa dipertimbangkan dalam membuat sebuah social experiment video seperti perencanaan yang matang, bekerja dengan masyarakat langsung (tidak menggunakan aktor), dan berikan penjelasan yang baik tentang koneksi video social experiment itu dengan brand Anda.
Perencanaan yang matang tentu diperlukan karena social experiment ini semuanya tentang aksi dan reaksi spontan dari masyarakat soal cerita yang telah Anda bangun sebelumnya. Lakukan riset dengan baik dan pilih tempat yang tepat untuk melakukannya.
Jika bicara budgeting, video dengan jenis ini umumnya tidak membutuhkan banyak biaya (low budget). Selanjutnya, untuk mendapatkan kesan spontan dan tulus, penting untuk tidak bekerja sama dengan aktor terkenal, misalnya. Karena, pesan dari eksperimen spontannya akan hilang.
Klik di sini untuk bekerjasama dengan videografer terbaik di Asia Tenggara
Berikut dua contoh video social experiment untuk kegiatan marketing sponsored content dari dua brand besar:
Belum lama ini, kita dikejutkan dengan sebuah social experiment yang dilakukan oleh Payless. Brand sepatu yang terkenal affordable ini mendobrak batasan sosial dalam dunia fashion. Mereka melakukannya dengan cara merombak salah satu toko milik mereka di sebuah mal di Amerika Serikat.
Lewat akun YouTube beberapa media, salah satunya Good Morning America, Payless menunjukkan bahwa saat ini di dunia fashion, sebagian orang masih banyak yang terlena dengan label/merk yang terkesan high end.
Dengan membongkar toko mereka dan membuat tampilan layaknya toko-toko high end, Payless sembunyi di balik topeng brand bernama Palessi. Tidak tanggung-tanggung, mereka menjual barang-barang Payless dengan harga mahal juga layaknya harga barang high end lainnya.
Hasilnya, banyak orang-orang dan influencer ternama yang pada akhirnya membeli berpasang-pasang sepatu dari toko Palessi tersebut. Lihat videonya di sini:
https://www.youtube.com/watch?v=gJdBNYWG4a0&t=70s
Merayakan Hari Perempuan Sedunia, Norwegian Trade Union Finansforbundet membuat sebuah campaign yang mengangkat isu gaji perempuan di dunia yang dianggap tidak seimbang dengan gaji laki-laki.
Lewat Independent.co.uk, mereka menyebarkan video social experiment tersebut. Mengundang anak-anak kecil, laki-laki dan perempuan dalam videonya, mereka memberikan tugas yang sama untuk kedua anak. Untuk menyampaikan pesannya, di akhir tugas tersebut, kru memberikan hadiah berupa permen yang tidak seimbang: si anak laki-laki mendapatkan hadiah permen lebih banyak dari anak perempuan. Padahal, mereka melakukan tugas yang sama dan memberikan hasil yang sama baiknya.
Reaksi anak-anak itu yang menjadi klimaks dari video social experiment ini. Lewat video itu, Norwegian Trade Union Finansforbundet berhasil menyampaikan pesan mereka soal isu yang mau mereka angkat. Lihat videonya di sini.
Baca Juga: Studi Kasus: 3 Campaign Video Marketing yang Berhasil Meraih Objektif Brand Awareness
Sumber Feature Image: Adweek.com