MarketingCraft
Sign Up to MarketingCraft Newsletter for Free!
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Semakin berkembangnya strategi dan tipe konten di dunia marketinguntuk bisa menarik perhatian masyarakat, membuat banyak marketerssemakin berhati-hati ketika menentukan sebuah konten yang tepat.
Karena harapannya, effort yang telah mereka keluarkan dapat sebanding dengan hasil apa yang mereka dapatkan. Sehingga hal ini membuat brandterus bereksperimen dalam membuat sebuah konten yang paling tepat untuk bisa mencapai pasar mereka. Misalnya, dengan menyajikan konten dalam bentuk artikel, video, gambar atau pun bekerja sama membuat konten dengan berbagai pihak seperti influencer.
Influencer marketing kini memang menjadi salah satu strategi pemasaran yang kerap diandalkan agar brand semakin dikenal luas di kalangan audiens. Karena kekuatannya untuk bisa mencapai beragam objektif mulai dari awareness, brand building sampai mempengaruhi penjualan produk, membuat influencer marketing selalu dianggap strategi manis yang bisa membawa kesuksesan pemasaran brand.
Selain influencer marketing, satu lagi konten yang bisa memberikan nilai tambah kepada brand dan juga membuat para calon pelanggan lebih percaya pada produk atau jasa yang ditawarkan adalah Organic Review dari pelanggan yang dipublikasikan lewat media sosial.
Walau begitu, kedua tipe konten ini pun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-emasing. Dan berikut pandangan dari dua orang pebisnis/marketers Indonesia mengenai kelebihan dan kekurangan influencer marketing dan organic review pelanggan.
Baca Juga: Memahami Influencer Marketing
Aditya Jamaludin selaku CMO dari Fabelio mengungkapkan kalau kelebihan dari strategi influencer marketing adalah, saat ini influencer dalam membuat konten sangat kreatif dan sudah memiliki warnanya masing-masing.
Sementara Charina Prinandita, CEO dari Eatlah menyatakan kalau penting bagi brand untuk dapat menemukan influencer yang paling tepat untuk merepresentasikan brand, maka ini akan memperkuat image brand terkait. Dan kekuatan influencer karena memiliki pengaruh yang lebih besar dari para khalayak luas, hal ini akan membuat banyak followers mereka akan lebih mempercayai review yang diberikan.
Selain dengan influencer marketing, bentuk konten seperti review mengenai produk milik brand yang diutarakan secara organik oleh pelanggan juga bisa menjadi satu tools yang efektif untuk bisa mengundang ketertarikan audiens terhadap produk yang dijual.
Bentuknya yang natural dan autentik, kerap menimbulkan kepercayaan dari masyarakat ketika mereka ingin menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Aditya Jamaludin juga menyatakan kalau nilai trust yang dikemukakan oleh para pelanggan yang pernah menggunakan produk atau jasa itu sebanding dengan kemajuan brand. Dia menambahkan, “1 customer happy sama dengan average 10 extra potential new customer.”
Senada dengan Aditya, Charina juga mengungkapkan kalau organic reviewpelanggan itu juga berpengaruh untuk meningkatkan nilai kepercayaan masyarakat terhadap produk. Alasannya, karena organic review adlaah bentuk review paling jujur dari pelanggan tentang produk suatu brand, dan kejujuran itu yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai produk di mata para calon pembeli.
Dan organic review dari pelanggan ini juga yang akan membuat masyarakat menerawang seperti apa kepuasan yang akan mereka dapatkan ketika nantinya menggunakan produk atau jasa yang kita tawarkan. Sehingga lebih meyakinkan mereka untuk menjadi konsumen dari suatu brand.
Walau memang dua konten ini dapat menjadi strategi marketing yang efektif untuk menarik minat pelanggan, namun ada pula beberapa kekurangan yang dimilikinya. Seperti apa?
Influencer marketing mungkin menjadi satu fenomena yang paling digemari oleh brand. Dan karena banyaknya marketers yang menggunakan strategi marketing satu ini dan juga semakin menjamurnya influencer di media sosial, membuat brand kini cukup kesulitan untuk memilih siapa yang paling cocok untuk mereka ajak kerja sama. Hal ini yang menurut Aditya Jamaludin menjadi satu kekurangan bagi strategi influencer marketing.
Di lain pihak, CEO dari Eatlah menyatakan kalau kekurangan dari influencer marketing ini yakni, review bagi brand terkadang dirasa cukup bias atau sepihak. Hal ini dikareanakan adanya faktor paid promotion dari para influencer tersebut.
Namun di sisi lain, ada pula kekurangan yang dirasakan oleh para marketers ini dari organic review pelanggan.
Salah satu kekurangan yang dirasakan oleh Aditya dalam organic reviewpelanggan adalah karena sifatnya yang natural dan juga user generated content, membuat review dari pelanggan ini kerap kali tidak sesuai dengan styling brief yang sudah dijadikan baku oleh perusahaan.
Sementara, Charina mengungkapkan kalau, “Kita tidak bisa menyaring apa yang dikatakan oleh organic reviewer.”
Dan mungkin kalau ada review yang kurang baik, maka brand tidak punya kuasa untuk menyanggahnya atau memperbaikinya.
Baca Juga: Beberapa Tipe Influencer Berdasarkan Ragam Tujuan Pemasaran
Memang dua konten ini yang kerap mengundang para calon pelanggan untuk mau menggunakan produk atau jasa yang kita tawarkan. Dan, ketika brand ingin memajukan influencer marketing, maka satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah goal / apa obyektif yang ingin didapatkan.
