Mengenal pasar, mungkin hal ini merupakan salah satu kunci kesuksesan bagi sebuah brand, khususnya yang baru mulai atau sedang berkembang. Karena memang ketika sudah mengetahui apa yang menjadi keinginan dari para target market, hal ini akan memudahkan suatu brand agar dapat terkoneksi dengan para audiensnya, dan lebih jauh bisa membuat produk atau jasa yang mereka tawarkan akan digunakan oleh banyak orang.
Dan dari mengenal pasar ini pula yang akhirnya bisa membuat salah satu brand pakaian lokal di Indonesia, Tenue de Attire, menjadi salah satu brand yang diperhitungkan dan kerap mendapat keuntungan. Keuntungan lain yang didapatkan Tenue de Attire dengan mengenal pasar adalah, membuat konten menjadi lebih tepat sasaran, membuat produk mereka bisa lebih “berisik” di pasaran, sampai mempermudah mereka dalam menentukan ingin berkolaborasi dengan figur siapa yang tentunya bisa memberikan banyak benefit, tidak hanya bagi brand tetapi juga bagi para customer mereka.
Untuk lebih mengenal Tenue de Attire ini, dan agar memahami apa yang dilakukannya hingga namanya bisa berkibar di kalangan brand lokal saat ini, Academy sempat berbincang dengan Faisal Aditya, Chief Operation Officer dari Tenue de Attire.
Baca Juga: Memahami Apa itu Content Marketing
Kalau konsepnya dari awal, mulainya di tahun 2010, tapi baru serius di tahun 2014 akhir, 2015 awal, dan itu konsepnya agak bergeser. Dulu di titik awal (konsepnya) lebih agak masculine utilitarian, cuma makin ke sini style-nya lebih ke arah smart casual. Jadi kami ingin orang memakai produk pakaian yang simpel, rapi tapi tetap kelihatan santai.
Sebenarnya value preposition yang mungkin kita majukan ke depan lebih ke style-nya. Dan dari setiap koleksi ke koleksi banyak inspirasi yang kita ambil, apalagi di koleksi akhir-akhir ini lebih banyak digging into artwork. Artwork yang dibikin tim desain Tenue de Attire, kita aplikasikan ke pakaian, lalu, coba tes di market kita, ternyata responnya cukup baik sih.
Sebenarnya itu berubah, dulu di awal-awal, di tahun 2015/2016 koleksi kita gayanya lebih ke yang simpel. Tapi makin ke sini, ada koleksi yang berani dari segi desain, tapi ada juga yang masih casual.
Pasti ada. Contoh, di tahun 2015 kita rilis produk yang temanya lebih ke global citizen, jadi ingin ngasih tahu, fashion is global language. Jadi kita berpakaian kayak gini bisa nyambung sama siapa pun.
Kebetulan memang desainer kita into tren banget. Misal, kita kan influence-nya dari barat dan Jepang, maksudnya ke brand-brand fashion di sana yang sudah lebih settle, lebih mapan. Selain itu, dari dunia seni, musik atau apalah yang lagi nge-hits, kita ikutin, kita ambil inspirasi dari potongan-potongan mereka, terus diimplementasi jadi koleksi.
Baca Juga: Cameo Project: "Kita itu Kreator Terkaya dari Sisi Kreator"
Kalau bisa dibilang, kita menargetkan segmen yang tergolong sempit, niche market. Tapi, sebenarnya, terutama di kota-kota seperti Jakarta dan kota besar lainnya, ada market-nya, kecil, tapi itu malah yang bikin “berisik”.
Tenue de Attire terkenalnya bukan karena (produknya) yang biasa, yang mirip-mirip dengan yang dibuat brand lain. Tetapi kita membuat sesuatu yang orang lain belum berani buat. Koleksi kita, ibaratnya ada yang level high end sama ada yang di bawahnya, kita punya koleksi yang tetap daily wear, seperti yang polos-polos dan stripes shirts selalu ada.
Kita banyak belajar, maksudnya dari awal tuh marketing kita di 2014/2015, memang fokusnya benar-benar melalui forum (darahkubiru) dan Instagram saja. Dan waktu itu, Instagram baru tumbuh banget, maksudnya baru emerging.
Dan memang sejak awal kita serius di digital, maksudnya, bagaimana caranya bikin sesuatu yang meaningful dan punya filosofi sendiri. Tapi kita aware juga dengan menjalani sesuatu secara terukur, data driven sih sebenarnya. Simpelnya (strategi marketing Tenue de Attire), data drivenkurang lebihnya.
Konten yang paling cocok sama Tenue de Attire, kalau dari pengalaman pribadi sih, lebih ke konten-konten casual yang menceritakan daily life, kayak kegiatan sehari-hari. Kita agak kaget juga sih, konten yang engagement-nya paling bagus sebenarnya konten anak-anak kantor. Kayak work in progress dan styling inspiration, yang natural-natural gitu malah bagus (engagement-nya). Maksudnya, Tenue as a brand kelihatan emosionalnya, people behind-nya tuh kelihatan.
Nah itu responnya gila sih, kita enggak menyangka akan sebesar ini. Produk hasil kolaborasi ini dalam kurang dari 24 jam, habis. Sebenarnya dua/tiga bulan ke depan kita merencanakan kolaborasi dengan artis/musisi. Ada Elephant Kind, Kunto Aji , Abenk Alter, sama Hari Merdeka ini. Sebenarnya (kolaborasi) itu untuk selingan yang melengkapi koleksi yang desainnya kita bikin sendiri. Karena cara untuk berkarya lebih baik kan enggak selalu dari apa yang kita bikin sendiri, pasti ada perspektif orang itu apa sih, lalu kita bikin bersama.
Sebenarnya faktornya banyak. Pertama network, maksudnya bisa mereka yang mengontak kita, atau kita yang melihat representasinya cocok dan kita hubungi. Kita juga lihat persona dan segmen mereka, kayak followers-nya tuh cross path atau enggak, cocok enggak sama kita.
Terus kan biasanya pasti ketemu dulu (sama artisnya), dia ingin bikin seperti apa, kita ingin bikin seperti apa, kita sesuaikan.
Teaser sih pasti, kita mau ngeluarin apa saja tapi enggak ditunjukkin secara penuh. Terus juga mungkin, konten yang terbaru kan WIP. WIP itu bikin orang berpikir “ini mau ngeluarin apa lagi nih”. Tapi kita belum ngeluarin teaser official. Pas kita ngeluarin teaser official-nya hype yang sebenarnya sudah menumpuk, benar-benar meluap.
Kadang malah kita sebenarnya sudah tahu mau ngeluarin beberapa produk, kita membuat survei kepada audiens, mereka lebih suka yang mana, nanti yang mereka pilih, kita jadikan baju. Tapi sebenarnya kita sudah siapin semua produknya, cuma nanti yang mana yang dikeluarin duluan (tergantung respon audiens). Ibaratnya followers atau customer juga jadi faktor untuk menentukan keputusan, jadi mereka merasa di-involve. Kayak gitu sebenarnya lumayan bikin respon yang baik juga.
Mulai aja sih, enggak usah banyak mikir. Maksudnya kalau banyak merencanakan sesuatu akan membuat kita takut. Jadi mulai saja. Apa yang direncanain pasti sering enggak berjalan semulus harapan. Tapi ya justru bisa belajar dari situ.
Mungkin dalam 2-3 bulan ke depan ini, sebenarnya kita banyak banget collabs sih, sampai akhir tahun banyak banget collabs.