“Marketing is telling the world that you are a rock-star, Content Marketing is showing the world that you are one” (Robert Rose).
Baca juga: Memahami Apa Itu Content Marketing
Coba pikirkan Anda sebagai Content Marketer ibarat seorang penyanyi rock, maka jagad raya internet ibarat panggung konser musik rock Anda, konten – konten yang Anda buat dan publikasikan di internet ibarat lagu – lagu rock yang Anda nyanyikan di panggung, dan audiens Anda ibarat para fans musik rock yang Anda bawakan.
Dengan memahami metafora tersebut, sebuah konten haruslah memiliki daya tarik tersendiri agar para followers di media sosial terus mengikuti konten – konten berikutnya yang dipublikasikan lewat media sosial oleh brand yang melakukan content marketing. Bisa dikatakan, sebuah konten haruslah menimbulkan efek “adiktif” bagi audiens yang menikmatinya, dan itulah ukuran keberhasilan dari content marketing.
Konten media sosial yang membuat followers terus mengikuti perkembangan brand adalah juga konten – konten yang memiliki engagement rate tinggi. Jadi, engagement rate konten – konten yang dipublikasikan di media sosial bisa dijadikan ukuran keberhasilan content marketing yang dilakukan untuk membuat followers terus mengikuti perkembangan brand.
Baca juga: Pengertian Engagement di Media Sosial dan Cara Mengukurnya
Agar Content Marketing di media sosial bisa membuat followers terus mengikuti perkembangan brand, maka perlu diperhatikan tipe – tipe konten yang bisa menaikkan engagement rate dari brand, seperti konten-konten berikut ini:
Baca Juga: 5 Tips Memilih Konten untuk Meningkatkan Engagement Media Sosial
Secara psikologis, mayoritas orang suka dihibur. Kejenuhan yang ditimbulkan oleh rutinitas pekerjaan atau berbagai masalah pribadi sehari – hari yang sedang dihadapi seringkali membuat orang mengakses media sosial untuk menghibur diri. Konten – konten yang lucu biasanya merupakan jenis konten yang paling menghibur para followers di media sosial.
Berikut ini merupakan contoh konten iklan sebuah produk rokok yang lucu dan menghibur. Klik di sini.
Selain konten yang menghibur, jenis konten yang inspiratif bisa membuat para followers media sosial adiktif. Setiap pribadi manusia tentu saja selalu memiliki masalah – masalah dalam kehidupannya sehari – hari. Masalah – masalah tersebut secara psikologis membuat banyak orang menjadi stress atau bahkan depresi. Biasanya, orang yang sedang memiliki masalah, stress, atau bahkan depresi membutuhkan motivasi dan inspirasi. Konten - konten sederhana berupa teks quotes yang disajikan dalam bentuk gambar 2 dimensi terbukti berhasil memiliki engagement rate yang tinggi dari para followers nya.
Berikut ini contoh sebuah akun Instagram @house.of.leaders dengan followers sebanyak 1,1 juta lebih yang memiliki engagement rate tinggi pada setiap posting kontennya. Bisa dilihat, konten – konten pada akun Instagram tersebut sederhana sekali, hanya berisi quotes yang inspiratif namun adiktif bagi para followers-nya.
Konten – konten yang sifatnya informatif biasanya juga disukai banyak orang. Selain itu juga memiliki engagement rate yang tinggi. Konten yang informatif bisa berupa konten yang menyajikan berita – berita terkini sampai dengan infografis yang menyajikan data – data statistik tentang topik tertentu.
Saat ini, di era digital, pola belajar masyarakat sudah berubah. Banyak orang sudah memanfaatkan internet sebagai sarana belajar secara otodidak juga. Banyak sekali situs web dan kanal YouTube yang berisi konten – konten edukatif yang bisa digunakan untuk belajar apa saja.
Berdasarkan pengamatan dan analisa, ada beberapa tipe konten media sosial yang membuat followers terus mengikuti perkembangan brand, yaitu konten – konten yang menghibur, inspiratif, informatif, dan atau edukatif.
Bagi pemilik brand yang hendak atau sedang melakukan content marketing, bisa memilih satu atau lebih dari tipe - tipe konten tersebut, lalu menyesuaikan konten – konten yang dibuat agar relevan dengan brand yang sedang dipasarkan melalui media sosial.
Salah satu seni dari Content Marketing adalah bagaimana caranya berjualan kepada audiens, tanpa audiens merasakan bahwa kita sedang berjualan kepada audiens tersebut.