Tips Membangun dan Memasarkan Konten Ala Bahari CK, Creative Director Go-Jek

Hal yang menarik dalam merangkai sebuah kegiatan marketing yaitu kita perlu memadukan unsur seni dan sains sekaligus. Mengapa? Dari unsur seninya, para marketers dituntut untuk membuat sebuah karya yang bukan hanya bagus dan menarik tetapi juga harus memikirkan kesan atau nilai apa yang akan diterima oleh audiens ketika melihat karya tersebut.

Mungkin hal yang terakhir pula yang menjadi alasan kenapa marketing memiliki unsur sains di dalamnya. Berbeda dengan seorang seniman yang lebih memikirkan pada hasil yang indah, seorang marketers harus terlebih dahulu memikirkan objektif apa yang ingin mereka capai, strategi mana yang paling tepat untuk mereka terapkan, barulah mereka bisa menentukan karya apa yang sebaiknya disajikan kepada para audiens.

Bukan hanya itu, pemasar juga perlu untuk mengukur bagaimana efektivitas dan efisiensi dari konten yang telah mereka buat, sampai mengetahui reaksi dari masyarakat yang telah menyaksikan konten terkait. Dari situ mereka akan mengetahui apakah sesuatu yang mereka buat tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidak.

Dan untuk mengetahui seperti apa cara membangun konten dan memasarkannya secara tepat, Academy sempat mewawancarai Bahari CK, selaku Creative Director dari Go-Jek.

Baca Juga: Memahami Apa itu Content Marketing

Pentingnya menentukan objektif sebelum memulai strategi pemasaran

Kalau kita melihat, banyak sekali konten yang disajikan oleh Go-Jek untuk bisa diterima oleh para target audiensnya. Bukan hanya dari segi konten, media yang mereka gunakan pun cukup beragam. Misalnya saja, di era yang sudah sangat mengandalkan digital ini, Go-Jek tetap mempertahankan untuk menggunakan bentuk marketing tradisional seperti menayangkannya lewat baliho atau televisi.

Ketika ditanya mengenai alasan mengapa Go-Jek masih mengandalkan bentuk marketing tradisional ini, Bahari mengemukakan bahwa, dalam menentukan media apa yang paling tepat untuk memasarkan konten agar bisa berhasil dan sesuai harapan, salah satu kuncinya adalah menentukan objektif terlebih dahulu. "Ada beberapa objektif yang paling efisien pakai media tradisional, ada beberapa konten yang lebih efisien di media digital. Jadi tergantung, kita enggak ada satu formula khusus. Semua itu tergantung objektif kita sedang ingin memasarkan apa."

‍

Banyak pula keuntungan yang bisa didapatkan para marketers ketika sudah mengetahui objektif pemasaran yang ingin mereka capai. Seperti dapat membuat strategi pemasaran yang lebih efekitif dan efisien. “Efektivitas artinya objektif kita tercapai, kemudian efisiensi itu (dari sisi) media dan budgeting,” tambahnya lagi.

Setelah mengetahui efektivitas dan efisiensi dari konten yang ingin disajikan, manfaat lain yang bisa didapatkan oleh marketers ketika mengetahui objektif pemasarannya adalah, akan memudahkan mereka dalam mengeksekusi konten seperti apa yang perlu mereka buat sehingga dapat menarik minat para target audiens dan bisa mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.

Baca Juga: Disrupto 2018: Menghadapi Perkembangan Teknologi Melalui Kolaborasi

Tren dan perkembangan dunia marketing

Memang mengetahui objektif saja mungkin belumlah cukup agar membuat sebuah konten yang berhasil. Karena marketers juga perlu melihat tren dan perkembangan dari dunia marketing ini sendiri. Dan menurut Bahari, ada 3 tren utama yang sedang berkembang di dunia marketing saat ini.

Pertama dari segi media distribusinya, dirinya melihat kalau saat ini fokus utamanya ada pada optimasi media sosial, di mana media sosial semakin sering dipertimbangkan untuk menyalurkan strategi pemasaran para brand.

Lalu, dari biaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih efisien. Mungkin dahulu, untuk memasarkan suatu produk dan jasa, para marketers hanya bisa mengandalkan media yang sifatnya lebih masif, sementara kalau sekarang strategi marketing dapat lebih tertarget sehingga biaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih efisien.

Dan tren marketing yang terakhir adalah bahwa kekuatan berada di tangan konsumen. Kini, konsumen mempunyai peranan yang cukup besar untuk menentukan konten apa yang ingin mereka konsumsi, dan ini mengakibatkan para brand harus beradaptasi dengan selera audiensnya.

Mungkin selera audiens inilah yang membuat para brand harus benar-benar mematangkan konten apa yang akan mereka tayangkan. Karena apa yang disukai oleh masyarakat itu cepat sekali berubah, dan hal ini yang menurut Bahari agak sulit untuk menentukan tren konten seperti apa yang akan berkembang di tahun 2019. “Sekarang tren (konten) itu berubah dalam hitungan hari, bahkan jam. Jadi kita harus selalu dekat dengan audiens, itu kuncinya. Harus selalu tahu apa yang sedang terjadi dalam masayarakat, kalau kita disconnect dengan audiens, jadinya sok tahu, nebak-nebak aja gitu. Ya enggak boleh gitu. Kunci utama bikin konten itu, selalu start dari audiens,” begitu ungkap Bahari.

Walaupun memang tren dari konten ini selalu berubah setiap waktu, tetapi ada juga tipe konten yang selalu mendapat perhatian dari masyarakat. "Konten yang relevan dan menarik buat konsumen. Jadi enggak bisa dibilang ada jenis konten tertentu, apakah yang emosional, atau yang lucu atau yang informatif, bukan itu. Dari dulu sama, enggak ada satu tipe konten tertentu. Tapi kalau mau lihat trennya, kan bisa lihat di trending topic twitter, di trending-nya YouTube, top ten video atau top one hundred video-nya. Bisa dilihat dari Instagram juga, dari hashtag-hashtag-nya kan kita tahu tipe-tipe konten seperti apa yang banyak dikonsumsi dan di-create sama masyarakat," imbuhnya lagi.

‍