Kiat Membangun Tim Marketing Mutakhir!

By
Dimas Gityandraputra
 •
May 19, 2020

Apa yang dibutuhkan brand agar bisa mencapai sasaran marketing mereka di era sekarang ini? Salah satunya, tentu saja dengan memiliki tim pemasaran yang kompeten dan saling berkesinambungan.

Namun, yang kerap menjadi kendala bagi brand dalam membangun tim yang tepat dan efektif adalah karena brand dituntut untuk mencari dan menemukan talent dengan kemampuan yang lebih beragam agar bisa mencapai tujuan bisnis mereka dengan lebih efektif dan efisien.

Tak dapat dipungkiri kalau tim marketing saat ini membutuhkan pakar di bidang tertentu. Misalkan brand membutuhkan talent di bidang data, konten, desain, media sosial, dan lain-lain.

Keberagaman ini dibutuhkan karena semakin banyak kegiatan marketing yang perlu dilakukan (semisal membuat event, memproduksi konten, menarik minat audiens lewat media sosial), dan tentunya hal ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang atau oleh satu orang saja. Mereka butuh membuat tim yang kompeten demi mencapai target yang diharapkan.

Melihat tantangan di atas, yang kerap menjadi pertanyaan brand antara lain adalah, apa saja yang dibutuhkan/penting diperhatikan dalam membangun tim marketing di era modern ini? Apakah brand membutuhkan tim in-house, outsource, ataukah kombinasi antar keduanya?

Untuk mencari tahu jawabannya, Academy telah berbincang dengan Anthony Reza, CEO Indonesia GetCraft, mengenai cara membangun tim marketing yang efektif dan efisien. Simak wawancara kami di bawah ini.

Memahami Apa itu Content Marketing

Anthony Reza, CEO Indonesia GetCraft

Bagaimana marketing sebaiknya dijalankan oleh pengelola brand di tengah tren marketing yang berkembang saat ini? Apakah in-house, outsource, atau kombinasi keduanya?

Hal ini tentu saja akan bergantung pada karakteristik dan keperluan dari perusahaan masing-masing.

Perusahaan dengan skala yang masih kecil (SME atau startup) biasanya cenderung melakukan marketing activities secara in-house dengan beberapa alasan:

  • Aktivitas marketing belum terlalu banyak dan kompleks sehingga bisa dilakukan oleh tim marketing mereka sendiri;
  • Proses kerja masih sangat efektif, karena tim marketing menjadi planner sekaligus eksekutor, pemahaman product knowledge dan business objectives dari perusahaan sangat align;
  • Marketing budget yang masih terbatas bisa dioptimalkan untuk hiring tim internal dan membangun kapabilitas sendiri.

Tentunya in-house marketing team ini tidak hanya terbatas pada perusahaan skala kecil saja. Biasanya perusahaan startup yang kemudian berkembang juga kemudian akan memperbesar tim marketing mereka dan membangun spesialisasi dalam aktivitas marketing-nya. Sehingga aktivitas marketing yang berperan sebagai eksekutor akan di-outsource ke pihak lain yang memiliki expertise tersebut.

Aktivitas marketing yang sifatnya integral terhadap bisnis mereka akan dilakukan oleh tim internal, karena akan mempermudah dari sisi perencanaan, koordinasi dengan tim produk/bisnis, dan lain sebagainya.

Sedangkan perusahaan yang sudah established dengan skala yang cukup besar, biasanya memiliki tim marketing yang cukup lean dan fokus terhadap pencapaian business objectives dan membangun marketing plan untuk brand mereka. Aktivitas marketing yang bukan menjadi core expertise dari perusahaan akan di-outsource ke pihak lain yang memiliki expertise tersebut.

Apa saja hal yang penting diperhatikan saat mengelola kegiatan marketing secara in-house, outsource, ataupun kombinasi keduanya?

Sebaiknya perusahaan fokus pada core expertise mereka dan juga melihat format tim seperti apa yang paling efektif untuk memberikan hasil yang optimal. Efektif di sini bukan hanya dari sisi biaya dan waktu, tapi juga dari sisi outcome yang dihasilkan.

Misalnya, ketika bekerja dengan pihak lain dengan expertise tertentu bisa memberikan output yang lebih baik dan membantu mencapai business objectives dengan lebih baik (higher conversion, better cost per action, bigger basket size, etc.), walaupun dengan biaya yang lebih tinggi, kenapa tidak?

Perusahaan juga perlu memahami bagian marketing yang sebaiknya menjadi core expertise dari perusahaan, sehingga bisa memutuskan dengan tepat bagian apa yang harus dimiliki in-house dan bagian/aktivitas yang bisa di-outsource.

Misalnya, semakin banyak perusahaan yang memiliki Head of Content atau Editor in Chief karena mereka banyak melakukan aktivitas online atau digital marketing dan membuat banyak digital content. Dengan demikian, penting sekali untuk konten yang mereka buat relevan dengan business objectives yang ingin dicapai, yang terkadang sulit dilakukan jika mereka menggantungkan proses content planning juga ke pihak lain. Sehingga yang di-outsource adalah proses produksi kontennya, sedangkan planning tetap dilakukan di internal perusahaan.

Apa saja hal yang masih menjadi tantangan pengelola brand saat menjalankan kegiatan marketing menggunakan tenaga atau talent secara outsource?

Beberapa tantangan yang kerap dihadapi oleh brand:

  • Perlu memahami bahwa pihak ketiga akan memerlukan waktu untuk memahami brand/produk, dan penting bagi brand untuk memberikan informasi yang diperlukan agar proses pengerjaan dan hasilnya menjadi efektif;
  • Perlunya membuat workflow yang efektif agar proses briefing, review, dan approval bisa menjadi efektif dan sesuai dengan timeline. Apalagi ketika bekerja dengan partner baru;
  • Mencari partner yang sesuai juga kerap menjadi tantangan karena keterbatasan informasi dan referensi. Juga ketika partner tidak berhasil melakukan pekerjaan dengan baik, proses pencarian kembali akan memakan waktu.

Hal ini akan menjadi tantangan ketika perusahaan mengganti partner secara berkala, karena proses di atas harus diulang lagi.

Apa yang GetCraft tawarkan sebagai solusi untuk menjawab tantangan tersebut?

Sebagai Creative Network, GetCraft memberikan akses yang mudah bagi perusahaan untuk menemukan dan berkolaborasi dengan pekerja kreatif yang dibutuhkan. Dengan >9.000 pekerja kreatif di dalam network GetCraft, perusahaan bisa dengan mudah mengganti dengan pekerja kreatif lainnya jika ada hambatan dalam pekerjaan; seperti ketidaksesuaian output, pekerjaan tidak bisa dilakukan, dan lainnya.

Dengan demikian, perusahaan bisa fokus membangun internal resource sesuai dengan core expertise-nya dan melakukan outsourcing untuk aktivitas marketing lainnya dengan efektif.

You must be a premium member to view the full content

Sorry, but the rest of this article is for our Premium Members only. To gain access to this content and many more benefits, subscribe below!

Tags:

Related articles