Tantangan dan Pengelolaan Keuangan Agensi/Marketplace

By
Dimas Gityandraputra
 •
May 26, 2020

Tim finansial merupakan tulang punggung semua brand, apapun industri yang dijalaninya. Tanpa tim ini, pengelolaan dana tentu akan berantakan, pengeluaran menjadi tidak efektif, dan efeknya langsung mempengaruhi hidup mati sebuah perusahaan.

Tidak ada satupun perusahaan di dunia ini yang ingin bangkrut. Lalu, bagaimana seharusnya perusahaan mengelola cash flow yang baik? Apa yang perlu dilakukan agensi dan marketplace, misalnya, agar kinerja keuangannya dapat berlangsung efektif?

Berikut wawancara singkat Academy bersama Surya Brahmana, Chief Financial Officer GetCraft.

Memahami Apa itu Content Marketing

Surya Brahmana, Chief Financial Officer GetCraft

Bagaimana sebaiknya sebuah perusahaan mengelola anggaran dan sistem cashflow yang efektif ketika menjalankan banyak project dengan sejumlah kreator dan sejumlah kampanye marketing?

Ada 2 (dua) faktor penting dalam pengelolaan cashflow yang efektif, yaitu working capital management dan cost leadership. Keduanya melibatkan tidak saja sains tapi juga seni dalam pengelolaannya.

Working capital management meliputi pengelolaan piutang dari klien dan hutang kepada kreator. Dalam setiap situasi, sebuah perusahaan harus mengusahakan agar jumlah piutang selalu lebih besar dari hutang. Hal ini mengisyaratkan bahwa perusahaan setiap saat tetap memiliki jumlah aset lancar yang cukup untuk membiayai kewajiban lancarnya (disebut lancar bila memiliki periode kurang dari setahun).

Sains-nya, cukup dengan memonitor secara rutin rasio piutang dan hutang atau secara umum jumlah aset lancar berbanding kewajiban lancarnya sebesar satu atau lebih. Bila kurang dari satu, perusahaan mesti meningkatkan penjualannya agar piutangnya segera bertambah dan melampaui hutangnya.

Seni pengelolaannya terletak pada bagaimana perusahaan dapat menjaga keseimbangan antara perputaran piutang dan perputaran hutang. Perputaran piutang merupakan indikasi seberapa cepat penjualan terkonversi menjadi uang/kas. Sebaliknya, perputaran hutang menginformasikan berapa waktu yang dimiliki nutuk melunasinya. Secara komersial kita sering mendengarnya dalam bentuk seni menyeimbangkan terms of payment (TOP) antara klien dan kreator.

Bila TOP klien 60 hari, maka sepatutnya TOP kreator juga 60 hari. Keberhasilan dalam menyeimbangkannya akan menentukan kesehatan cash flow perusahaan (kira kira mirip menyeimbangkan yin dan yang dalam seni pernapasan).

Faktor yang tak kalah pentingnya adalah cost leadership. Dalam setiap waktu perusahaan harus memastikan bahwa cost berada pada titik aman yang memampukan perusahaan untuk menciptakan nilai secara berkelanjutan. Nilai yang dimaksudkan di sini bukan semata-mata terkait profitabilitas saja, tapi juga dampak yang ditimbulkannya bagi stakeholder-nya. Cost yang ditimbulkan harus mampu menggapai imbal hasil tertentu yang terus dapat menjaga keberlangsungan hidup perusahaan sehingga dapat terus memberi dampak bagi setiap pemangku kepentingan, seperti kreator, klien, karyawan, mitra, dan pemilik perusahaan itu sendiri. Sederhananya, secara matematis tidak boleh pasak lebih besar daripada tiang.

Kedua faktor ini, working capital management dan cost leadership, merupakan satu paket aktivitas yang bergantung satu sama lain dalam memastikan pengelolaan anggaran dan cashflow yang efektif, tepat sasaran, dan berdampak.

Apa saja kesalahan yang sering dilakukan oleh agensi atau marketplace yang baru berdiri?

Prinsip dasar agensi/marketplace adalah facilitating/memfasilitasi kepentingan klien dan kreator. Karena terdapat banyak kesenjangan/gaps antara kepentingan tersebut, seperti perbedaan kemampuan komersial dan keuangan dari keduanya, dan agensi/marketplace berusaha untuk memberikan solusinya. Seringkali solusi yang diberikan sangat terbatas sehingga agensi/marketplace terlibat terlalu jauh sehingga justru berisiko bagi dirinya sendiri.

Misalnya sebanyak 10 klien hanya bisa memberikan TOP 90 hari dan 10 kreator hanya dapat menerima TOP 30 hari. Untuk memecahkan masalah ini, agensi/marketplace bekerjasama dengan penyedia layanan pembiayaan, namun hanya bisa mengakomodasi 5 klien dan kreator saja, dan pembiayaan untuk sisa 5 klien lainnya ditalangi oleh agensi/marketplace itu sendiri. Bila kondisi ini terus berlangsung, maka agensi/marketplace itu akan kekurangan cash untuk bahkan menanggulangi biaya operasionalnya sendiri.

Hal lainnya adalah, agensi/marketplace cenderung baru mengeluarkan biaya dalam jumlah besar secara cepat dalam bentuk investasi pada infrastruktur dan manpower, namun tidak menerapkan review berkala untuk menjaga kapan harus menginjak rem dan kapan kembali menancap gas. Akibatnya, agensi/marketplace akan kesulitan mengendalikan biaya dan berpotensi menghentikan kelangsungan hidupnya.

Apa hal-hal yang menjadi tantangan dalam mengelola bagian finansial untuk agensi/marketplace?

Menyediakan berbagai solusi keuangan untuk menjembatani kepentingan antara klien dan kreator tanpa terjerumus pada risiko pada agensi/marketplace itu sendiri.

Apa yang GetCraft tawarkan sebagai solusi untuk menjawab tantangan tersebut?

a. Solusi pembiayaan yang cost-effective melalui partnership dengan beberapa P2P lending dan Bank.

b. Profesionalisme, skala ekonomis yang tumbuh cukup tinggi, membuat GetCraft memiliki daya tawar yang lebih baik untuk menegosiasikan TOP yang seimbang antara klien dan kreator.

Bagaimana solusi itu akan mengatasi tantangan tersebut?

Solusi pembiayaan telah menjadi salah satu solusi yang berhasil diterapkan sejauh ini, walaupun belum dapat mengatasi keseluruhan permasalahan perbedaan TOP gaps tersebut. Secara berkala GetCraft telah memperbaiki kualitas TOP klien vs kreator hingga di luar skema pembiayaan, cukup banyak project dapat diselesaikan tanpa pembiayaan dari partner P2P/bank.

Sepanjang perjalanan karier Pak Surya, perubahan apa yang terasa dari tahun ke tahun seputar area finansial?

Pertama, perubahan dari manual ke digital invoicing, pengarsipan sampai proses penandatanganan kontrak. Dahulu amatlah susah untuk mendapatkan fasilitas pinjaman bagi individu yang ‘unbanked’, sekarang dengan adanya industri fintech, lanskap ekosistem keuangan berubah drastis di mana akses keuangan sedemikian terbuka luas.

Kalau dulu exclusive financing, sekarang adalah zamannya inclusive financing. Sebelumnya clustered economy, sekarang sharing-economy. Pola aktivitas pegiat keuangan juga bergeser dari hanya sebagai 'bean-counter’ menjadi ‘business-partner’ yang turut terlibat dalam mempengaruhi pengambilan keputusan komersial.

You must be a premium member to view the full content

Sorry, but the rest of this article is for our Premium Members only. To gain access to this content and many more benefits, subscribe below!

Tags:

Related articles