10 Buku Wajib Baca versi Adimas Immanuel

Posted by Kalya Risangdaru on Sep 19, 2018 6:06:49 PM

Adimas Immanuel adalah penyair muda Indonesia yang sukses menerbitkan tiga buku kumpulan puisi. Dua di antaranya terbit di Indonesia, berjudul “Pelesir Mimpi” dan “Di Hadapan Rahasia”. Satu lainnya, terbit di Malaysia pada 2016, berjudul “Suaramu Jalan Pulang yang Dikenali”.

Sebagai penulis muda yang karyanya juga diapresiasi penulis senior seperti Sapardi Djoko Damono, Aan Mansyur dan Joko Pinurbo, Adimas masih terus berkarya dan akan merilis buku kumpulan puisi terbarunya dalam waktu dekat.

Sebagai penulis, Adimas terus mengembangkan bentuk, diksi dan permainannya dalam puisi lewat buku-buku yang ia cerna. Crafters meminta Adimas untuk berbagi rekomendasi buku-buku favoritnya. Berikut tulisan dan resensi pendek yang Adimas Immanuel kirimkan pada Crafters tentang 10 buku wajib baca versinya:

1. "Para Priyayi" - Umar Kayam

"Novel 'Para Priyayi' ini salah satu novel karya Umar Kayam yang terkenal pada era 1990-an. Buku ini mengisahkan hidup sebuah generasi priyayi Jawa yang dituturkan dari banyak perspektif.

Tokoh yang menarik bagiku adalah Lantip, protagonis yang sudi melayani setiap orang dalam keluarga.

Ia menyadari posisinya sebagai anak angkat dan ia melayani keluarga priyayi yang mendidik dan menyekolahkannya.

Kisah hidupnya mungkin biasa saja, tapi Lantip adalah perwujudan priyayi Jawa yang mengukur setiap gerak-geriknya. Lakunya adalah melayani orang lain, dia sangat mengesampingkan ego.

Dari laku sederhana ini dia bisa menjadi priyayi—sebuah kelas sosial yang cukup terpandang tapi ternyata bisa dicapai tanpa melalui garis keturunan.

Selain itu, alur campuran di novel ini membuatnya menarik untuk dipelajari."

Baca Juga: 5 Aplikasi Edit Foto Terbaik versi Commaditya

2. "Bukan Pasar Malam" - Pramoedya Ananta Toer

"Di antara banyak buku Pramoedya yang dikenal banyak orang, saya malah terpesona dengan novel tipis ini. Buku ini berkisah tentang seorang anak yang pulang kampung untuk menjenguk ayahnya yang sakit keras dan menghadapi ajal. Pram memotret kondisi politik pasca kemerdekaan di mana banyak orang terpikat kekuasaan dan jatuh di dalamnya.

Pilihan judul, ide cerita dan eksekusi semuanya menarik. Keputusan menggunakan judul 'Bukan' di depan 'Pasar Malam' juga menjadi ironi tersendiri, sebab di waktu pasca kemerdekaan banyak orang menganggap Pasar Malam sebagai sebuah peristiwa yang meriah, dan mesti dirayakan dengan penuh warna, tetapi kali ini cerita ini bukan tentang itu, bukan tentang sesuatu yang gegap gempita.

Pergulatan eksistensial manusia terhadap maut dituliskan dengan baik di buku ini. Paragraf akhir 'Bukan Pasar Malam' juga sangat menarik: Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun pada kembali pulang… seperti dunia dalam pasar malam. Seorang-seorang mereka datang… dan pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana.”

3. "Rumah Bambu" - Y. B Mangunwijaya

"Kumpulan Cerpen dari Romo Mangun yang pertama dan terakhir. Puluhan cerita di kumpulan cerpen ini memikat karena begitu realistis dan sangat sederhana. Hampir semua tema cerita dalam buku ini adalah peristiwa-peristiwa sehari-hari tapi mungkin sering kita lewatkan.

Karakter-karakter yang muncul juga orang-orang biasa, yang sering kita jumpai sehari-hari. Setiap cerita dirangkai dengan baik seolah mengajak kita ambil bagian di dalamnya. Bijak, lucu, sarat pelajaran hidup. Mengutip blurb-nya: Buku ini menantang kita untuk merasakan kehidupan manusia yang mungkin tidak pernah kita bayangkan.”

4. "Orang-orang Bloomington" - Budi Darma

"Karya penting Budi Darma yang saya akan rekomendasikan kepada siapapun yang ingin membaca kumpulan cerita pendek yang ‘mengenyangkan’. Cerita-cerita di buku ini mengajak pembaca ikut dalam pergolakan emosional para tokohnya sekaligus menyelami permasalahan sehari-hari dengan cara pandang yang lugas, sesekali sinis, tapi sangat kentara menggambarkan betapa gelapnya jiwa manusia. Aftertaste-nya cukup mengganggu, haha. Nama-nama seperti Orez, Joshua Karabish, Ny Elberhart sepertinya akan selalu lekat di ingatan. Salah satu buku sepanjang masa."

5. "Bekisar Merah" - Ahmad Tohari

"Buku ini awalnya diterbitkan sebagai cerita bersambung, tapi kemudian disatukan dan dibukukan. Berkisah tentang kehidupan Lasi, gadis lugu dari Karangsoga yang menjadi 'Bekisar Merah'—ayam kampung anggun yang dijadikan hiasan di sangkar emas sang tuan.

Kekuatan Ahmad Tohari adalah setia pada detail kecil. Ia piawai mendeskripsikan latar dan suasana kebersahajaan desa, keadaan alam, bahkan tingkah laku binatang di sekitarnya, sampai yang terkecil sekali pun. Ahmad Tohari piawai mengudari hubungan kompleks antar manusia dan kait-kelindannya untuk disajikan jadi sebuah cerita yang memikat."

Baca Juga: Alexander Thian: Kegelisahan Untuk Bercerita

6. "The Kite Runner" - Khaled Hossaeni

"Kisah persahabatan antara Amir dan Hasan yang membuka pandangan saya terhadap apa yang terjadi di Afghanistan. Amir adalah seorang anak kaya dari Kabul, Afghanistan, sedangkan Hasan, pelayan setianya, seorang Hazara. Khaled Hossaeni adalah penyihir yang mengubah sebuah cerita menjadi dongeng tidur yang bikin terngiang-ngiang.

Menarik membaca buku ini karena pembaca bisa belajar konteks politik, sosial dan kultural yang membuat banyak keluarga terpisah karena sejumlah perbedaan di sebuah negara Timur Tengah. Novel ini dinarasikan dengan baik, membuat pembacanya haru-biru dalam kisah tragis dalam sejarah Afghanistan selama puluhan tahun. Klasik dan memikat."

7. "The Museum of Innocence" - Orhan Pamuk

"Orhan Pamuk bikin saya selalu ingin mengunjungi Istanbul. Dia bisa merangkai sebuah cerita yang putisi, dibalut melankoli untuk membuatmu hanyut sambil membayangkan seperti apa rupa Istanbul di tahun 1970-1980an.

Kisah cinta yang berujung tragis karena masalah klasik, yakni seorang laki-laki kelas atas berhubungan dengan seorang gadis kelas bawah ini salah satu yang saya rekomendasikan. Dari buku ini bukan tidak mungkin pembaca jadi ingin tahu lebih banyak tentang karya-karya Pamuk seperti 'My Name is Red' atau 'Snow'."

8. "The Old Man Who Reads Love Story" - Luis Sepuvelda

"Buku ini tipis saja, tapi sangat berbobot secara kualitas. Jenis buku yang membuatmu malas baca buku yang lain karena takut kecewa kalau tidak se-memuaskan buku yang tipis ini. Tentang seorang tua, Antonio Jose Bolivar yang hidup sendiri di rimba raya Ekuador. Ia berteman dengan suku Shuar dan dari mereka belajar bertahan hidup, mengisi hari-hari sambil berusaha melupakan istrinya yang meninggal karena sakit. Akhirnya, ia malah jatuh hati dengan hutan dan seisinya.

Buku ini ditulis dengan baik karena narasinya tersusun dengan teratur, emosi naik secara intens dan meninggalkan pertanyaan yang sulit dijawab: ketika kita merasa semakin pintar, beradab, bisakah kita menjaga alam raya dan makhluk hidup lain? Isu-isu politik dan eksploitasi alam bisa dinarasikan dengan baik. Kisah cinta yang dibaca oleh Pak Tua terwujud dalam laku dan komitmennya menjaga tempatnya tinggal, tempatnya hidup dan kembali ‘jatuh cinta’."


9. "A Brief History of Time" - Stephen Hawking

"
Kalau mau baca buku Ilmiah yang rasanya tidak seperti buku ilmiah pada umumnya yang penuh rumus dan teori memusingkan, buku ini jawabannya. Salah satu best seller Stephen Hawking yang mengajak pembaca mengintip area jagad raya yang jarang dilihat sehari-hari.

Buku sains populer ini berusaha menjawab sejumlah pertanyaan yang terus ditanyakan dari masa ke masa seperti bagaimana semesta bermula? Adakah ujung alam semesta, dalam ruang-waktu? Adakah dimensi lain? dsb. Paparan yang padat dan sistematis membuat pembaca tahu konsep penciptaan alam semesta. Layak dibaca dan perlu."

10. "Guns, Germs & Steel" - Jared Diamond

"Buku ini hasil penelitian berpuluh-puluh tahun di Papua oleh Jared Diamond, profesor geografi University of California, Los Angeles (UCLA) dan memenangi Pulitzer dan Aventis kategori buku ilmiah. Yang menarik, inspirasi buku ini tercipta karena interaksi Jared Diamond dengan seorang petugas kelurahan asal Papua Nugini bernama Yali pada tahun 60-an.

Buku ini coba menjawab pertanyaan seperti: Kenapa peradaban Eropa lebih maju daripada peradaban pribumi di benua lain? Kenapa orang Eropa bisa menjajah benua Amerika yang dihuni orang Indian dan benua Australia yang dihuni orang Aborigin? Pertanyaan itu dijawab dengan sistematis dan akurat oleh Jared Diamond. Yang menarik, segala paparan sejarah dan geografi ditulis dengan pendekatan populer, jadi pembaca tidak akan terlalu letih untuk mencernanya dan alur logikanya mudah dipahami."

 

Foto feature oleh: Dimas Juliarta

Topics: Educating, Writing

Related articles