Bayu Skak: Memerangi Mata Manusia

Posted by Kalya Risangdaru on Apr 16, 2018 4:52:37 PM

Kalau Anda tidak pernah mendengar nama Bayu Skak, percayalah bahwa 1 juta lebih followers Instagram dan subscriber YouTube-nya sangat familier dengan nama itu.

Beruntungnya, saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara via telepon dengan Bayu yang sangat ramah dan sabar menjawab rentetan pertanyaan saya.

Sepanjang wawancara, Bayu terdengar sedikit bindeng namun bersemangat menjabarkan banyak hal soal passion-nya dalam membuat video dan film-nya yang berjudul “Yowis Ben” yang baru saja rilis 22 Februari lalu, dengan cemerlangnya, berhasil meraih 940ribu penonton lebih hanya dengan 100 layar bioskop. Wow!

Tidak instan

Bayu bercerita, awalnya, ia bersama kelima orang temannya dari Malang iseng merekam video lucu dan menarik yang lalu diunggahnya ke YouTube. ‘Skak’ sendiri adalah singkatan dari “Sekumpulan Arek Kesel” yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti “Sekumpulan Anak Capek”.

Pada saat itu, Bayu dan teman-temannya yang menjalani pendidikan animasi di SMK, merasa jengah dengan tugas sekolahnya yang menumpuk. Lalu lahirlah the legendary “Skak”.Setelah lulus dari SMK dan sempat terpisah dengan teman-temannya, Bayu mulai aktif mengunggah video lagi pada tahun 2012 setelah beberapa tahun sempat vakum. “Video pertama yang aku unggah itu tetang valentine. Aku mulai melakukannya lagi karena aku terinspirasi dari YouTuber internasional seperti Ryan Higga, Smosh, dan lainnya. Aku tertarik untuk membuat monolog berbentuk vlog (video blog) seperti mereka,” ungkap Bayu.

Ia mulai mendapat banyak perhatian karena konten-konten YouTube-nya yang konsisten diisi dengan bahasa Jawa. Lahir di Malang pada tahun 1993, Bayu yang pada tahun 2012 baru berumur 22 tahun berhasil melahirkan karya-karya orisinal dan mendapatkan banyak subscriber di channel-nya.

“Kita semua sebagai kreator perlu ingat bahwa tidak ada proses yang instan. Aku memulai semuanya dari kamera hp dan editan seadanya saja,” kata Bayu sambil terdengar mengingat-ngingat. “Kalau komputerku bisa misuh (read: berkata kasar), pasti dia bakalan misuh. Karena dipaksa mengedit dan me-render video yang membutuhkan kapasitas cukup besar.” lanjutnya sambil tertawa.

Baca juga: Tips Buat Social Media Influencer Pemula

Bahasa Jawa dan pasar

Mengaku kembali ke YouTube bukan karena melihat peluang bisnis, konsistensi Bayu terbukti hingga sekarang sangat passionate dalam berkarya. Saya sadar akan ha itu saat melihat Bayu membuat semua konten-kontennya dalam bahasa Jawa—pun filmnya yang berjudul “Yowis Ben”. Pikir saya, berani juga Bayu membuat film dengan bahasa Jawa seluruhnya. Ternyata, Bayu berpikiran lain. “Aku pede banget berbahasa Jawa. Karena, kalau kamu google aja ternyata hampir 40% dari semua etnis yang ada di Indonesia ini berbahasa Jawa. Aku merasa paham dengan pasar aku dan aku ingin membuktikannya,” kata Bayu.

Walaupun ternyata, film “Yowis Ben” di awalnya mendapat penolakan beberapa kali, akhirnya salah satu production house setuju untuk menggarapnya. Kesuksesan Bayu dalam film pertama yang disutradarai olehnya sendiri ini menjadi pembuktian mutlak. Film dengan isi 80% bahasa Jawa ini mendapatkan jumlah penonton yang bahkan melebihi ekspektasi Bayu.

Nilai lainnya yang dapat diambil dari Bayu adalah ia menekankan bahwa kita tidak perlu takut jika memiliki ciri khas. Bayu malah mengharapkan ada banyak lagi kreator yang akan terinspirasi dengan misinya. “Bayangkan saja kalau ada YouTuber yang banyak mengangkat bahasa daerah lainnya. Kita akan menjadi lebih harmonis dengan cara memahami saudara kita. Itu pun yang disampaikan oleh presiden kita—Pak Jokowi.” tegasnya.

Industri influencer

Pertanyaan-pertanyaan saya selanjutnya mengarah soal industri influencer yang kian menanjak di tahun 2018 ini. Sebagai orang yang sudah memulai kariernya sejak tahun 2012, Bayu merasa bahwa kritik dan negativisme tidak perlu ia pikirkan. Kenyataan tentang dunia digital yang lebih terukur statistiknya daripada TV konvensional juga dipertegas oleh Bayu. “Brand-brand sudah mulai masuk, itu bagus. Kita semakin bebas untuk memperlihatkan karya kita. Tanpa batas dan caranya mudah sekali, kan dibandingkan zaman dulu. Itulah keunggulannya,” kata Bayu.

Industri influencer juga dianggap Bayu sebagai terobosan karier baru di era digital ini dan sangat membantu anak muda untuk meraih goals mereka. Bayu yang mengaku senang mendapat perhatian ini memulai semuanya dengan menggarap channel YouTube-nya dengan sangat konsisten dan cerdas. Tipsnya adalah, kalau Anda merasa bosan dengan konten yang sudah Anda rancang, banyak-banyaklah membuka pikiran dengan cara menonton dan mengonsumsi totonan atau bacaan lain.[edgtf_blockquote show_mark="yes" text="Mata manusia itu selalu butuh sesuatu yang baru setiap harinya. Dulu ada sesuatu yang menarik, dan besoknya sudah basi. Sebagai kreator, kita harus sering-sering berinovasi" color="#45ada8"]Selain itu, teruslah berinovasi, karena Bayu berkata “Sebenarnya kita ini memerangi apa, sih? Kita ini memerangi mata manusia. Mata manusia itu selalu butuh sesuatu yang baru setiap harinya. Dulu ada sesuatu yang menarik, dan besoknya sudah basi. Sebagai kreator, kita harus sering-sering berinovasi. Kita harus membuat sesuatu yang unik dan fresh. Ketika sudah dapat perhatian mereka, kita bisa langsung hajar saja dengan konten-konten yang bagus.” tutup Bayu.

Berangkat dari seorang "bocah dari kota Malang", Bayu yang saat ini dianggap sebagai salah satu YouTuber dan influencer yang sangat dedicated di industri kreatif ini masih memiliki misi-misi yang akan dijalani ke depannya. Bayu bercerita bahwa ia akan terus mempertahankan konsistensinya dalam berkarya di YouTube dan Instagram. Dan kabarnya, Bayu akan membuat film layar lebar lagi, nih!

Topics: Influencers, Inspiring

Related articles