The Power of Memes dalam Konten

Posted by Kalya Risangdaru on Jul 16, 2018 8:43:30 PM

When it comes to memes, there’s no terms of “late for the bandwagon”. Fenomena pop-culture ini selalu membuat semua hal menjadi menyenangkan. Pasti kamu familier karena meme selalu diproduksi dan dikonsumsi orang setiap harinya. Sebagai kreator yang tentunya ingin selalu terdepan, tidak ada salahnya mempelajari sedikit lebih dalam arti dan histori dari “konten” meme yang haus kita serap sehari-hari ini.

Condescending Wonka, Bad Luck Brian, Pepe The Frog, Evil Kermit, Doge, you name it. Meme-meme ini cukup terkenal di dunia meme geeks. Asal mereka sebenarnya dari mana? Usut punya usut, ternyata meme-meme ini sudah ada di dunia cukup lama. Studi akan meme yang disebut dengan memetics saja sudah eksis sejak tahun 1980-an. Menurut seorang rekan baik saya, Wikipedia, kata "meme" berasal dari bahasa Yunani Kuno: mimeme (yang artinya mengimitasi). Pengertian meme sendiri adalah sebuah ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya. Kunci jawaban penyebaran meme tentu saja: the almighty internet.

Baca juga: Cara Membuat Peta Konsep Kreatif

Studi di balik meme nyatanya tidak pernah sedangkal itu, lho. Sadar atau tidak, ada banyak meme yang artinya lebih deep dibanding quotes buku puisi yang sering kamu baca. Contohnya, menurut Medium, belakangan, bentuk meme beberapa kali dipakai untuk menyimbolkan posisi politik dengan tidak tepat. Pepe The Frog, karakter kodok hijau yang wajahnya sering sedih itu pada tahun 2016 pernah disalahgunakan dalam sebuah gerakan kontroversial "sayap kanan". Pembuatnya sendiri akhirnya perlu angkat suara untuk mengembalikan reputasi Pepe The Frog menjadi sebuah meme anti-hate.

 

Contoh lainnya, seorang dosen Sastra Inggris dari Bina Nusantara University, yang lebih dikenal sebagai ex-basis Payung Teduh, Comi Aziz Kariko ternyata pernah membuat sebuah jurnal tentang penggunaan meme dalam metode mengajarnya. Tidak perlu diartikan sesempit itu, pengaplikasiannya bisa kita ambil sebagai pembelajaran dalam penerapan media lain juga. Mengutip Comi, ia menyatakan bahwa sebutan meme pertama kali ditemukan oleh Richard Dawkins pada tahun 1976 sebagai contoh replika terapan dari informasi yang terus menerus berevolusi. Menurutnya juga, meme adalah sebuah bentuk konten humoris yang bisa membuat si pembaca/penyimak dapat lebih bersenang-senang dengan isi konteks, kata-kata, gambar, simbol dan budaya. Get how powerful memes can be?

Alasan meme sebagai desain konten yang efektif

Sekarang saatnya membedah lebih dalam tentang penggunaan meme dalam konten buatanmu. Let’s say, kamu menghadapi suatu brand, contohnya. Kemudian ada satu kasus yang membuat kamu ingin sekali membuat proposal ideation dengan bentuk konten meme. Kamu sudah yakin ini berhasil, tapi tidak punya alasan yang cukup bagus untuk mempertahankannya. Don’t worry, we’re here to back you up.Menurut Forbes, ada tiga hal yang dapat kamu gunakan sebagai tameng alasan pengaplikasian meme dalam kontenmu. Yang pertama, fakta bahwa konten berbentuk meme sebagai attention grabbers. Tidak dapat dipungkiri jika konten dengan bentuk yang menyenangkan, mudah dikenali, dan lucu akan menangkap perhatian dengan instan. Dengan bentuk meme, banyak yang telah membuktikan dapat memikat lebih banyak interaksi dan click-through.

Baca juga: Tips Merangkai Konten Menarik untuk Pembaca Anda

Berikutnya, konten meme sebagai sebuah content enhancers. Konten yang terkesan rumit dan membosankan bisa kamu tweak dengan menggunakan meme agar lebih menyenangkan dan mudah diserap. Ilmu penulisan yang ringkas dan jelas diperlukan dalam hal ini. Hasil akhirnya, kamu bisa membuat konten yang entertaining dengan penuh informasi atau hanya sebagai konten yang lucu semata. Contohnya, seperti memilih meme yang kira-kira mirip dengan reaksi para pembaca untuk menciptakan empati bagi penikmatnya.

Terakhir, masih mengutip Forbes, bentuk konten meme dipercaya dapat mendongkrak popularitas konten kamu; ya, artinya kesempatan untuk menjadi viral lebih besar. Kamu bisa membuat meme baru, atau menggunakan meme yang sudah ada sebelumnya (pastikan tidak ada hak cipta di baliknya). Dengan alasan-alasan yang telah disebutkan itu, kami berharap disaat kamu memberikan proposal yang terisi dengan konten penuh meme, klienmu tidak akan terlalu menganggap kamu sedang bercanda. Long live memes!

 

Topics: Educating, Visual Design, Writing

Related articles