5 Tips Penting Membangun Bisnis sebagai Freelancer

Posted by Andhini Puteri on Feb 28, 2018 9:22:21 PM

Bekerja tetap di sebuah perusahaan atau instansi tertentu kini belum tentu jadi pilihan utama dalam karier, bekerja sebagai seorang kreator freelance/freelancer pun kini makin sesuai dengan zaman yang bergerak makin cepat.

You can be your own boss! Selain waktu kerja yang lebih fleksibel dan aktualisasi diri yang bisa terus berkembang berkat berbagai jenis proyek, ada banyak keuntungan yang bisa didapat dengan bekerja sebagai freelancer, namun ada pula berbagai tantangan yang harus dihadapi; salah satunya mempromosikan diri sebagai freelancer.

Terkait hal itu, GetCRAFT mengadakan acara bincang-bincang bersama komunitas kreator dan freelancer pada Senin, 26 Februari 2018 di Rework, fX Sudirman. Acara Indonesia Creative Meetup bertema "Marketing Yourself as a Creator" ini ramaikan sekitar 40 pekerja kreatif dan kreator freelance yang antusias selama acara berlangsung.

Pada acara ini, Syarief Hidayatullah, VP of Network GetCRAFT Indonesia membahas tentang hal-hal yang penting diperhatikan terkait cara kreator memasarkan dirinya di era ini, bersama Gloria Christina (penulis dan editor), Arief Wicaksana (desainer grafis), dan Mancil Harsoyo (fotografer), untuk berbagi tip dan insights terkait topik tersebut.Ketiganya juga sudah menjalani sebagian dari perjalanan kariernya sebagai freelancer, lebih dari lima tahun lamanya. Apa saja poin bahasan yang bisa menjadi tip untuk mengembangkan jalur karier freelance?

1. Jaga nama baik

Anda tidak akan pernah terikat pada brand apa pun karena "you are your brand", Anda lah brand itu sendiri. Maka gaung personal brand Anda harus dijaga dengan baik, jangan sampai citra Anda buruk di industri ini.

Pada saat Anda menjual servis yang Anda miliki pada calon klien, bisa dibilang Anda sedang "menjual diri Anda", di mana Anda akan berupaya meyakinkan klien bahwa Anda lah orang yang tepat untuk proyek yang mereka butuhkan ini. Singkat cerita, jika mereka tidak suka pada Anda, mereka tidak akan membeli apa yang Anda jual.

"Menjaga nama baik adalah salah satu yang paling krusial di dunia freelancer ini. Karena ini bisa sangat cepat menyebarnya, dan bisa membuat calon klien selanjutnya jadi tidak memilih Anda, karena berita buruk tentang Anda," ujar Gloria.

Citra buruk ini bukan hanya karena masalah pekerjaan atau proyek tertentu saja, tapi juga citra personal Anda di mata publik. Maka itu, segera cek semua akun media sosial pribadi, mulai dari Instagram, Facebook, Twitter, Path, hingga LinkedIn. Hapus segera foto-foto atau caption yang bisa membuat klien mengernyitkan dahi!

2. Maksimalkan portofolio

Portofolio adalah media utama untuk mempromosikan diri Anda dan meyakinkan klien bahwa hasil kerja Anda di proyek-proyek lainnya cukup impresif.

Sebelum mempresentasikan portofolio di depan klien, ketahui dulu dengan pasti apa nilai-nilai dan skill yang Anda miliki. Perlihatkan portofolio yang stand out dan presentasikan expertise Anda dengan meyakinkan di hadapan klien.

Untuk desainer grafis seperti Arief, portofolio harus dibuat semenarik dan sekreatif mungkin, karena dalam desain, visual adalah yang utama dan pastinya ada banyak desainer grafis lainnya yang akan menampilkan barisan visual yang impresif.

3. Tentukan cara promosi

Bagi freelancer baru, salah satu tantangan yang sering ditemui adalah karena belum adanya jejaring klien yang luas dan mereka belum mengerti cara terbaik untuk mempromosikan diri dan mendapatkan klien.

“Buat saya, cara promosi paling ampuh adalah lewat word of mouth, racunnya ampuh. Selanjutnya, tinggal bagaimana kita membuat calon klien merasa nyaman, dengan menunjukkan portofolio yang bagus, dan tentu hasilnya juga harus bisa memuaskan klien,” ujar Mancil.

Selain itu, tentunya promosi karya ini sangat jitu jika dilakukan lewat seluruh channel media sosial. "Karena saya seorang desainer, maka visual adalah yang utama, jadi Instagram juga harus selalu update setiap kali ada project baru atau karya baru," ujar Arief.

Lalu mengapa di era digital seperti sekarang masih banyak kreator freelance yang kesulitan mencari klien? Gloria menjelaskan bahwa tantangannya sebagai freelancer adalah karena mereka tidak punya badan usaha di mana terkadang ada project besar yang membutuhkan PT untuk keperluan kontrak kerja. "Ini bisa diakali dengan cara meminjam PT milik teman, seolah project yang saya kerjakan ini untuk perusahaan tersebut. Teman yang baik, biasanya, paling hanya meminta commission fee saja," ujar Gloria.

Cara lain juga, Anda bisa menjadi bagian dari jejaring kreator di GetCRAFT, di mana Anda tetap bisa mengembangkan usaha sebagai freelance individual, sementara urusan antar perusahaan berlangsung di antara badan usaha klien dan GetCRAFT. Jika Anda belum mendaftarkan diri sebagai kreator di GetCRAFT, bisa langsung melakukannya dengan mengakses tautan ini: getcraft.com/signup.

4. Ajukan kontrak pembayaran sendiri yang kita anggap lebih jelas ketentuannya

Masalah umum yang paling mengganggu adalah pembayaran terlambat sedangkan proyek kerja sudah selesai. Jika ini terjadi, sebagian besar kreator freelance di Indonesia biasanya hanya bisa menunggu dan terus mengejar klien sampai mereka membayar. Tapi cara seperti ini tentunya tidak efektif.

Soleh Solihun, aktor dan stand up comedian punya cara sendiri yang mungkin bisa Anda terapkan. "Manajer akan menanyakan kapan akan dibayar. Jika mereka belum membayar down payment (DP) atau melanggar TOP, saat hari H, maka saya tidak akan datang ke acara tersebut. Tapi jika saya juga menyediakan kontrak sendiri, dengan TOP yang kami tentukan sendiri. Karena kalau kontrak yang kita buat sendiri, sudah jelas tertulis kapan seharusnya pembayaran diterima dan bagaimana konsekuensinya," ujar Soleh.

Baca juga: 5 Tips Menulis Naskah Komedi ala Soleh Solihun

5. Tingkatkan eksposur tanpa melanggar kontrak kerja

Bowo, salah satu translator dan penulis freelance menanyakan cara meningkatkan eksposur tanpa melanggar Non Disclosure Agreement (NDA). Pertanyaan yang sangat relevan dan kerap terjadi jika freelancer berhadapan dengan brand atau klien besar, dengan kontrak kerja yang cukup detail dan banyak tuntutannya.

Terkait pertanyaan ini, simak jawaban berbeda dari para narasumber:

  • Arief: “Saya pernah mengalaminya. Cara exposure-nya mau tidak mau ya dengan word of mouth. Semisal ada potential client dan saat kita rapat dengan mereka, kita tunjukkan secara langsung proyek apa yang sedang kita kerjakan lalu kita katakan bahwa ini confidential sekali, makanya tidak dimasukkan dalam portofolio.”
  • Mancil: “Kalau untuk foto yang tidak boleh sama sekali diberi tahu dan confidential, akan saya ikuti, tapi mengakalinya bisa dengan foto-foto behind the scene tanpa menyebut merek atau nama project-nya, tapi klien diberi tahu dulu pastinya.”
  • Gloria: “Berhubung saya bekerja di industri yang kadang berkaitan satu sama lain/head to head, sejujurnya saya malah terbantu dengan adanya disclosure ini, karena saya bisa saja mengerjakan dua project yang sama bahkan di satu perusahaan tapi masing-masing divisinya tidak saling tahu, kalau saya lah penulisnya. Cara lainnya adalah saya tidak akan memasukkan project tersebut dalam portofolio, tapi saya sebutkan skill yang saya gunakan untuk membuat project semacam itu.

Bagaimana dengan Anda? Cara apa yang akan Anda lakukan? Nah, jika belum menemukan jawabannya, coba cari tahu di artikel-artikel lainnya, karena ada banyak creator tips yang bisa berguna untuk karier Anda sebagai freelancer.

Topics: Educating, Photography, Videography, Visual Design, Writing

Related articles