Raja Siregar: Pentingnya Membangun Cerita di Balik Foto Fashion

Posted by Dimas Gityandara on Sep 3, 2018 1:29:15 PM

Peran fotografer dalam industri fashion cukup krusial. Biasanya, di industri fashion, fotografer fashion kerap bekerja sama dengan stylist, penata rambut, makeup artist, dan model hingga tercipta foto atau sebuah karya visual yang menarik perhatian para pencinta fashion.

Walau begitu, bagi fotografer fashion yang karya-karyanya kerap menghiasai laman editorial majalah fashion papan atas Indonesia; Raja Siregar, fotografi fashion itu bukan hanya persoalan bagaimana membuat sebuah gambaran visual yang menarik perhatian, tetapi baginya foto itu juga perlu mempunyai suatu cerita yang dapat menambah pengalaman bagi yang menikmatinya.

Tidak hanya foto fashion, salah satu bidang foto yang menarik perhatian Raja adalah foto alam. Lalu bagaimana cara dia bercerita melalui fotonya dengan menggabungkan unsur fashion dan alam itu? Simak obrolan Crafters dengan Raja Siregar berikut.

Baca Juga: Nicky Gunawan Passion Seorang Fotografer Fashion

Apa yang membuat Anda jatuh cinta dengan dunia fotografi?

Karena sampai sekarang masih merasa penasaran. Ketika kita mendalami suatu bidang, pasti akan memperhatikan hal-hal kecil yang bikin penasaran cara achieve-nya. Misalnya saja, kalau melihat foto-foto atau majalah luar negeri, itu bikin amazed dan mikir gimana cara dapetin konsep seperti itu. Gimana eksekusinya, lighting-nya, cara nge-direct dan lain sebagainya. Dan yang seperti itu membuat gue merasa masih belum tahu apa-apa. Jadi yang bikin jatuh cinta adalah rasa penasaran yang enggak ada habisnya itu.

Apa sih alasan Anda memilih fotografi bidang fashion dan nature?

Pertama kali masuk ke industri ini memang bikin fashion spread untuk majalah. Dari situ banyak brand dan majalah yang melihat kerjaan gue, jadinya banyak fashion brand atau magazine yang datang dari mulut ke mulut dan otomatis portofolio gue datang dari bidang itu. Padahal sebenarnya gue enggak mengklasifikasikan diri sebagai fotograger fashion.Selain itu, I like taking picture dan suka jalan-jalan. Dan gue lebih bisa menikmati pemandangan ketika ada fotonya. Begitu lihat fotonya, langsung kebayang udaranya atau gimana baunya. Itu kenapa gue suka landscape picture dan travel picture.

Mengapa fotografi fashion itu menarik?

Karena kita bisa menciptakan suasana semau kita. Misalnya saja, bisa balik ke tahun berapa, ke era yang mana. Kita juga bisa bikin suasana yang dramatis atau horor. Kayak bikin film tapi still.

Selain itu, setiap kali (kerja bareng) majalah itu gue juga bilang “enggak mau bikin sesuatu yang pernah gue buat.” Tapi gue berpikir, “mau buat apa nih berikutnya, sesuatu yang baru yang bisa dilihat brand.” Itu kenapa fashion yang paling bikin gue tertarik. Karena setiap bulan atau photoshoot selalu punya tema yang berbeda. Dan challenge-nya juga berbeda.

Bagaimana cara memadukan estetika fashion dengan alam?

Pertama, kita mau ceritain apa dulu. Misalnya mau bikin sebuah karya fashion spread, harus berpikir bagaimana supaya bajunya terlihat keren. Udah itu doang.

Kalau kebetulan foto di outdoor, kayak national park, padang ilalang, Gunung Rinjani atau segala macam, meskipun view-nya bagus banget tetapi jangan terpukau dengan itu dan melupakan fashion-nya. Karena yang pertama dilihat dari foto fashion itu pasti bajunya. Yang ingin diceritakan itu tampilan dan styling dari baju itu. Nature itu akan complementing bajunya dan enggak boleh overpowering bajunya.

Kalau misalnya bikin foto, dan orangnya itu sekadar complementing, itu berarti foto landscape dengan orang sebagai pembandingnya/sebagai pelengkapnya. Itu bukan foto fashion. Kalau foto fashion yang pertama terlihat harus subjeknya, modelnya, barulah suasananya mendukung bajunya.

Seperti apa karakteristik foto Anda?

Gue sendiri enggak bisa point out foto gue itu seperti apa. Gue cuma suka mencoba hal berbeda setiap kali foto. Selalu menantang diri sendiri biar enggak bosan, tetapi jadinya memang terkesan enggak ada ciri khasnya.

Tapi kalau orang lain yang bilang, katanya apa yang gue foto itu jadi kelihatan mahal, kayak bisa mengambil yang the best dari manusia itu. Which is itu compliment banget buat gue.

Bagaimana cara kamu membangun cerita di dalam foto?

Kalau gue (dengan cara) jarang ngomong, karena kalau terlalu banyak nge-direct, akan membuat model jadi mikir dan kelihatan enggak nyaman di depan kamera. Gue mungkin akan arahin di awal tapi sisanya biar dia (model) gaya sendiri. Jadi memang seharusnya gue (sebagai fotografer) yang harus bisa capture model itu dan bukan dia yang mengikuti arahan. Dengan begitu hasilnya juga akan terlihat natural dan akan lebih bercerita. Karena biar bagaimanapun tugas fotografer adalah ngejar momen. Bukan momen yang ngejar fotografer.

 

[edgtf_blockquote show_mark="yes" color="#111111" text="Gue cuma suka mencoba hal berbeda setiap kali foto. Selalu menantang diri sendiri biar enggak bosan"]

Seberapa penting proses editing di dalam foto?

Editing itu untuk menekankan mood-nya dan lebih menjelaskan/menguatkan ceritanya. Tapi kalau gue lebih suka yang (terlihat) natural, enggak terlalu overly edit, karena kalau terlalu banyak di-edit, akan menghilangkan banyak detail yang seharusnya bisa menceritakan foto itu. Apalagi untuk foto profil.

Siapa fotografer yang menginspirasimu dalam berkarya?

Gue suka Steven Meisel, Tim Walker sama Helmut Newton. Steven Meisel gue suka karena dia bisa macam-macam fotonya, temanya selalu berbeda tapi hasilnya bagus-bagus dan apa yang dia foto itu selalu kelihatan mahal.

Kalau Tim Walker, gue selalu suka idenya enggak penah habis, dan eksekusinya itu aneh tapi it works. Selaranya bagus dan idenya yang enggak biasa itu yang gue suka.

Helmut Newton gue suka karena dia bisa bikin foto seksi tapi enggak murahan. Karena kalau loe lihat fotografer yang foto perempuan pakai bikini, kadang terkesan jorok atau porno. Tapi kalau Helmut Newton, gue bisa dapat sense of art dan story-nya.

Boleh di-share, tips Raja Siregar untuk fotografer baru?

Develop cara kerja loe sendiri. Kalau pernah dengar pepatah zaman dulu “banyak jalan menuju Roma”, sampai sekarang itu masih berfungsi. Jangan pernah lihat cara kerja orang lain dan itu dijadikan patokan untuk mendapatkan hasil yang sama. Karena semua orang punya jalan masing-masing. Jangan sampai iri, kita boleh terinspirasi tapi tetap harus menemukan jalan kita sendiri. Karena kalau kita membandingkan kesempatan yang kita dapat dengan orang lain, itu malah akan menjadi hambatan.

Selain itu, never turn down any opportunities, karena kita enggak akan pernah tahu itu akan mengarah ke mana. Jangan karena melihat ada orang yang sepantaran dan bisa mendapatkan tawaran yang lebih besar, kita menolak tawaran yang lebih kecil karena gengsi. Nikmatin aja prosesnya, jangan iri sama yang orang lain lakukan.

Baca Juga: Nadya Natasha: Mengangkap Romantisme Lewat Lensa

Topics: Inspiring, Photographers

Related articles