Marishka Soekarna: Memotret Realitas Sosial Lewat Seni

Posted by Zustina Priyatni on Jul 24, 2017 5:55:55 PM

Meski mungkin asing dengan namanya, Anda mungkin sudah pernah melihat hasil karyanya. Entah karya muralnya di salah satu sudut Jakarta, atau lukisan di ajang seni seperti Jakarta Biennale. Atau bahkan, karyanya bisa Anda nikmati di berbagai artwork populer yang menghiasi sampul album musik, poster, maupun buku.

Tergerak menggeluti seni sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, Marishka Soekarna yang terobsesi dengan grup musik legendaris The Beatles ini mempertajam sense of art dengan memilih bersekolah di Jurusan Seni Rupa, Institut Teknologi Bandung. Visualisasi Yellow Submarine dari The Beatles lah yang menginspirasi gaya seninya, yang kerap dianggap tergolong surealisme.Dan meski tidak pernah mengkategorikan diri secara spesifik sebagai seniman mural, namanya termasuk ke dalam daftar sebelas seniman yang dilibatkan ke dalam project pembenahan area Kalijodo, Jakarta, bersama Ryan "Popo" Riyadi, Darbotz, Tuyuloveme, Bujangan Urban, Tutugraff, Stereoflow, Older Plus, Wormo, Smokie, dan Sera Gigin. Pada The Crafters, Marishka bercerita tentang project tersebut:

Bagaimana awal keterlibatan Anda dalam kreasi mural di Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) Jakarta? Dan apa yang membuat Anda tertarik untuk terlibat?

Pihak yang bertanggung jawab untuk project ini adalah Artsip Jakarta. Hal yang membuat saya tertarik untuk terlibat adalah lokasi muralnya, yaitu Kalijodo.

Menurutku, transisi Kalijodo dari predikat negatif menjadi ruang hijau yang positif merupakan peristiwa bersejarah; dan saya ingin terlibat serta berkontribusi dalam peristiwa tersebut.

Bagaimana proses pembuatan mural tersebut? Apakah Anda melakukan riset khusus?

Prosesnya tidak terlalu lama; total sekitar lima hari. Risetnya juga berjalan secara organik saja, dari hasil ngobrol-ngobrol dengan orang sekitar; menggambar sambil mendengarkan celetukan-celetukan orang-orang yang lalu lalang.

Bagaimana proses kolaborasi di antara para seniman yang terlibat?

Brief yang kami terima hanya membuat karya yang bisa mencerminkan daerah tersebut. Ini juga sudah menjadi 'aturan' mendasar dalam sebuah karya mural; di mana karya yang menjadi konsumsi publik mampu mencerminkan daerah tersebut, dan itulah yang menjadikannya relevan.

Apa rasanya menjadi satu-satunya seniman perempuan yang terlibat di project Kalijodo?

Enggak ada keistimewaan khusus sih, hahaha. Maksudnya, buat saya sama saja, dan pekerjaan mural atau grafiti ini bisa dibilang buat seniman yang ingin lebih melepas energinya, terlepas dari apapun gendernya. Jadi ya, bisa dibilang sama-sama capek!

Dari yang Anda ketahui, bagaimana reaksi dari masyarakat yang melihat mural tersebut?

Reaksi ini justru sesuatu yang menarik, reflektif, dan inspiratif; bahkan kadang-kadang menghibur juga saat mendengar komentar-komentar konyol, lucu, penuh perhatian, bahkan ofensif.

Khusus buat di Kalijodo, reaksi paling berkesan dan kontributif terhadap karya mural di sana datang dari seorang warga lokal bernama Pak Apin.

Dari cerita yang beredar, beliau sudah cukup lama tinggal di Kalijodo. Dari dia juga, saya mendapatkan banyak cerita dan support, karena dia selalu ada setiap hari saat saya nge-mural. Lalu sampai saat hari terakhir, dia membawakan dodol ikan buat saya buat kenang-kenangan. So sweet sih.

Apa inspirasi terbesar Anda saat menggarap karya mural tadi?

Inspirasi terbesar tentu datang dari daerahnya (lokasi mural), dan juga orang-orang lokalnya. Karena, mereka sudah sangat mengenal daerah tersebut.

Menurut Anda, bagaimana dukungan pemerintah terhadap dunia seni di Indonesia?

Sudah ada dukungan, tapi rasanya masih tanggung gitu...

Apakah saat ini sudah memungkinkan untuk bisa hidup dari karya seni?

Iya, bisa dibilang begitu, karena berkesenian itu sangat luas interpretasinya. Menurut saya, sebuah karya seni adalah sesuatu yang dilahirkan dari hati dan didasari kesenangan.

Bentuknya bisa bermacam-macam; dan pengartian "hidup dari karya seni" di sini bukan hanya terhidupi dari segi ekonomi, tapi juga dalam banyak arti lain.

Topics: Empowering, Figures

Related articles