Fenomena Sponsored Content dalam Comic Strip

Posted by Kalya Risangdaru on May 17, 2018 4:43:40 PM

Entah sejak kapan dunia media sosial, terutama Instagram mendadak mulai dipenuhi dengan karya-karya berbentuk comic strip. Sebut saja komikus-komikus internasional yang sering berseliweran di feed explore Instagram saya seperti Sir Joan Cornella, Sarah Andersen hingga Lunarbaboon. Ketiga komikus tersebut berhasil membuat saya meng-klik tombol follow untuk terus mengikuti karya-karya mereka yang sangat menarik.

Ini membuktikan bahwa penikmat comic strip di Instagram sangatlah banyak. Dengan algoritma yang semakin canggih, Instagram berhasil membuat pekarya comic strip ini untuk terus "pamer- karya di media sosial mereka. Komik, sebagai media pop culture sendiri mulai banyak berkembang sejak abad ke-20. Desain klasik dengan panel-panel sebagai penghubung alur cerita serta speech ballons sebagai penanda dialog masih banyak digunakan dengan setia oleh para komikus modern hingga sekarang.

Tidak mau kalah, komikus-komikus lokal yang mengangkat tema beragam kian bermunculan dalam platform media sosial beberapa tahun terakhir ini. Fenomena ini semakin besar dan meningkat karena saat ini, para komikus digital tersebut mendapatkan banyak kesempatan untuk bekerja sama dengan brand untuk sponsored content (konten berbayar). Banyak dibalut dengan konten humor, beberapa yang membuktikan diri stand out di bidangnya adalah kedua narasumber The Crafters kali ini: Tahilalats dan Maghfirare.

Baca juga: Alexander Thian: Kegelisahan Untuk Bercerita

Siapa yang tidak kenal dengan sosok karakter minimalis dengan ekspresi datar dan lucu yang dibuat Tahilalats? Atau karakter perempuan remaja yang berkepribadian quirky dan sangat relevan dengan kehidupan kita karya Maghfirare?

Comic strip sebagai media karya

Dalam wawancara, Tahilalats mengaku bahwa ia sudah melihat perkembangan yang signifikan di ranah komik strip sejak tahun 2014. Tahilalats juga bercerita bahwa ia memilih media komik sebagai caranya berkarya—karena dengan komik, ia dapat mem-visual-kan ide atau cerita agar lebih mudah diterima dan dipahami oleh pembaca. “Komik strip di internet adalah sarana yang ringan dan menarik bagi penggunanya yang ingin melihat konten ringan saat surfing di internet,” tambahnya yang sudah melakoni pekerjaan ini selama kurang lebih enam tahun.Di sisi lain, sosok di balik akun @maghfirare adalah seorang perempuan muda yang baru saja lulus dari SMA bernama Adel. Ia memulai kesuksesannya hanya karena iseng dengan teman-temannya. Di luar dugaan, komik-komik yang dibuat oleh Adel diterima dan disukai pembacanya yang hingga kini mencapai angka 300 ribu lebih followers. “Dari dulu aku suka baca komik, aku suka dengan pesan dan perasaan yang bisa dirasakan melalui cerita di dalam dalam komik. Dengan semua perasaan yg aku alami selama membaca komik, aku jadi termotivasi untuk membuat komik yg bisa membuat pembacaku merasakan banyak emosi juga,” jelas Adel yang sudah mulai mengunggah karyanya via Instagram sejak tiga tahun lalu.

Bicara tentang konten dan cara kedua komikus ini membalut inspirasi-inspirasi yang mereka dapatkan kebanyakan dari kehidupan sehari-hari. Tahilalats mengatakan bahwa memberikan tweak, sisi sureal dan unsur “lebay” sudah menjadi ciri khas berkaryanya dan timnya. Adel pun juga mengakui bahwa meme yang ia temukan di Internet bisa menjadi inspirasi besar bagi karyanya juga. Hal-hal kecil yang kemudian dirangkai sedemikian rupa oleh para komikus-komikus muda ini rasanya sudah cukup membuktikan bahwa generasi milenial berhasil membuktikan diri berkarya dengan caranya sendiri.

Baca juga: 4 Langkah Proses Kreatif dalam Membuat Karya

Mengemas Sponsored Content dalam comic strip

Salah satu hal yang saya nikmati dalam komik-komik buatan mereka adalah cara para komikus ini dalam mengemas sponsored content menjadi sesuatu yang tetap dapat dinikmati dan terkesan soft-selling. Saya cukup penasaran dengan respon pertama pembaca saat komikus kesukaan mereka menyuntikkan ide brand ke dalam karyanya.

“Pembacaku enggak keberatan sama sekali sih. Mereka bilang walaupun konten berbayar, komiknya tetap lucu dan enggak membosankan.” jelas Adel. Gagasan cerita menarik seperti romansa dan komedi menjadi pilihan Adel dalam crafting sponsored content comic buatannya. Ia juga, selalu tidak lupa untuk selalu memperhatikan dos and don’ts yang diberikan oleh klien, walaupun Adel juga mengaku bahwa terkadang ia menjumpai beberapa klien yang keinginannya terlalu bermacam-macam hingga ia merasa cerita yang sudah dirancang menjadi kehilangan unsur fun-nya.

Baca juga: Mengapa Sponsored Content Bagus untuk Strategi Pemasaran

Tahilalats, penggemar komik-komik buatan Adimas Bayu berujar bahwa ia tetap konsisten mengemas komik sponsored content layaknya komik reguler yang di post akun @tahilalats pada jam 6 sore setiap harinya ini. Dengan begitu, perlakuan terhadap gagasan, cerita dan eksekusinya masih bisa dinikmati pembaca dengan mudah. “Klien yang menekankan hard-selling content untuk brand-nya, dan juga brief yang terlalu spesifik akan membuat komik sangat sulit dikembangkan menjadi cerita” jelas Tahilalats saat ditanya tentang kesulitannya dalam membuat sponsored content. Followers Tahilalats yang menyentuh angka 2,7 juta ini tidak pernah membuatnya besar kepala.

Pesan untuk komikus digital

“Tidak perlu fokus berkarya atau membuat komik hanya untuk membuat sponsored content, buat komik kamu dengan senang hati atas dasar ingin memberi bacaan atau hiburan untuk orang banyak. Karena jika kamu sudah bisa konsisten dengan komikmu, maka sponsored content bisa saja jadi hal yang ditunggu-tunggu oleh pembaca komik kamu.” pesan Tahilalats untuk para komikus digital.

Adel juga menambahkan, “Sabarlah, dan tetap rendah hati. Walau kelihatannya membuat komik di media sosial itu gampang, sebenarnya tuh enggak. Untuk mencapai level yang lebih tinggi sama sekali enggak semudah itu. Terutama dengan algoritma media sosial yg terus berubah. Buatlah konten yang unik namun jangan sampai menyudutkan pihak manapun. Kalau mendapat komentar buruk dari pembaca jangan terlalu dipikirkan, teruslah asah kemampuanmu supaya mereka sadar bahwa usaha keras itu tidak akan mengkhianati.”

Topics: Empowering, Insights

Related articles